* Banner Iklan 125x125 */ #spotbanner{ overflow: hidden; padding:0; } .ad1, .ad3 { float: left; margin-bottom: 5px; padding-left:0px; } .ad2, .ad4 { float: right; margin-bottom: 5px; padding-right:0px; }

Profil Pemain Sepak Bola

MILAN - Non sei un vera Italiano, sei un Afri-cano nero.
Tulisan grafiti di dinding menuju Stadion San Siro itu artinya kira-kira; Kamu bukan orang Italia asli, kamu adalah orang Afrika hitam.Entah siapa yang membuat grafiti ini. Yang pasti, pembuatnya adalah pembenci Mario Ba-lotelli, striker muda berbakat Inter Milan. Mereka yang membenci tampaknya sulit memaafkan kesalahan fatal Balotelli, yaitu berkulit hitam.
Balotelli diadopsi keluarga Balotelli di Brescia sejak usia tiga tahun. Kedua orang tuanya berasal dari Ghana. Ia lahir 12 Agustus 1990 dan baru menerima kewarganegaraan Italia pada 13 Agustus 2008. Balotelli kecil ditinggalkan di rumah bersalin, karena orang tuanya tidak mampu membayar.
Awalnya tindakan rasis yang dialami Balotelli sebatas persaingan antarklub. Sebagian suporter Juventus memprovokasi Balotelli saat bermain di Stadion Olimpico Grande Turin.Belakangan tindakan rasis semakin meningkat sejak Balotelli dipanggil pelatih Pierluigi Casi-raghi memperkuat timnas Italia U-21. Resistensi terhadap Balotelli terus meningkat sejak pelatih timnas Italia Marcello Lippi menyatakan akan terus meman-taunya untuk berlaga di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.
Cemoohan dan teriakan rasis hampir selalu diterimanya di laga tandang Inter. Suporter Juventus meneriakkan kata-kata Un negro non puo essere Italiano, artinya seorang negro tidak bisa menjadi Italia.Juni lalu di Roma, sekelompok suporter memprovokasi Balotelli dengan melempar pisang ke dalam bar saat ia tengah bersantai bersama rekan-rekannya pemain timnas Italia U-21. Pemilik bar menelepon polisi untuk mencegah keributan.
Apa yang dilakukan otoritas sepak bola Italia untuk mencegah tindakan rasis ini? Tidak ada. Justru Lega Calcio menghukum Balotelli dengan denda 10 ribu dolar karena dianggap mengejek fans Chievo yang mengolok-oloknya pekan lalu. Balotelli bertepuk tangan saat digantikan dan kemudian berkomentar di televisi bahwa perilaku fans yang membencinya semakin memuakkan.
"Dia hanya bertepuk tangan selama dua detik," kata Cristina Balotelli, saudara perempuan Balotelli. "Sepertinya dunia sudah terbalik. Ini menggelikan dan saya kira saudara saya tidak mau memikirkan itu karena ia merasa sangat jijik."
FIFA sudah melakukan kampanye perang terhadap rasisme. Namun apa yang dilakukan Lega Calcio justru berlawanan dengan semangat kampanye melawan rasisme. Italia harusnya belajar dari Inggris dan Spanyol. Real Zaragoza pernah didenda karena fans mereka menirukan suara monyet saat striker Samuel Etoo - saat itu masih memperkuat Barcelona - membawa bola.
Di Italia, tindakan rasis ini sudah berlangsung sejak lama. Pada 2001, Schengun Omolade - striker
asal Nigeria - ditolak fans Treve-sio dengan membentangkan spanduk di stadion. Marc Zoro, pemain Pantai Gading yang memperkuat Messina, menangis saat diolok-olok suporter Inter tahun 2005.
Sulit mengenyahkan rasisme dari sepak bola Italia, karena telah berakar di kepala setiap orang. Mereka merasa lebih terhormat dari warga kulit hitam.Pekan lalu, kerusuhan pecah antara pekerja pemetik tanaman asal Afrika dan masyarakat lokal di Italia selatan.
Mungkin nasib Balotelli akan sedikit lebih baik jika salah satu orang tua kandungnya berkulit putih. Fabio Liverani, mantan pemain Lazio, mengalami hal itu. Ibunya asal Somalia, ayah asli Italia. Ia diterima fans Lazio, dan sempat masuk timnas Italia.